skip to main |
skip to sidebar
DATANG ATAU TIDAK
Seorang hartawan akan melangsungkan pesta pernikahan bagi anaknya.
Ia mempunyai seorang famili miskin yang tidak ingin diundangnya, karena
ia tahu famili itu tidak mungkin mampu memberi sumbangan.
Namun demi menghargai adat istiadat, ia tetap harus mengundang
famili miskin itu.
Hartawan itu mengirimkan kartu undangan dengan menambahkan
dua kalimat di atasnya:
Jika kamu datang, berarti kamu rakus.
Jika kamu tidak datang, berarti kamu pelit.
Hartawan itu tertawa dalam hati, hm, coba lihat kamu datang tidak,
demikian ia membatin.
Pada hari H-nya, sang hartawan melihat familinya itu datang menghadiri
pesta pernikahan anaknya.
Setelah mengucapkan selamat dan menyodorkan sebuah amplop merah
(angpao) pada sang hartawan, famili miskin itu
berlenggang kangkung duduk dan menyantap makanan lezat yang tersaji.
Sang hartawan membuka angpao yang diterimanya, di dalamnya hanya terlihat
satu lembar uang RP5000 dengan selembar kertas
bertuliskan:
Jika kamu terima, berarti kamu tamak.
Jika kamu tolak, berarti kamu menghina. Note:
Great! :D
Kita harus belajar banyak dr famili miskin itu. Jangan cepat mengumbar
amarah menghadapi setiap perlakuan tidak menyenangkan yg kita
hadapi. Terima dengan sabar & bereaksi dengan bijaksana.
Seorang pria yang bertamu ke rumah "Sang Guru" tertegun keheranan.
Dia melihat "Sang Guru" sedang sibuk bekerja, ia mengangkuti air dengan ember dan menyikat lantai rumahnya keras-keras.
...
Pria itu bertanya,
“Apa yang sedang Anda lakukan?”
"Sang Guru" menjawab,
“Tadi saya kedatangan serombongan tamu yang meminta nasihat.
Saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka.
Mereka pun tampak puas sekali.
Namun, setelah mereka pulang tiba-tiba saya "Merasa menjadi orang yang HEBAT".
Kesombongan sy mulai bermunculan.
Karena itu, saya melakukan ini untuk 'membunuh' perasaan sombong saya.”
Saudaraku . . . . . ,
Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, benih-benihnya kerap muncul tanpa kita sadari.
Di tingkat pertama,
Sombong disebabkan oleh faktor materi.
Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.
Di tingkat kedua,
Sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan.
Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.
Di tingkat ketiga,
Sombong disebabkan oleh faktor kebaikan.
Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.
Yang menarik . . . . ,
Semakin tinggi tingkat kesombongan,
Semakin sulit pula kita mendeteksinya.
Sombong karena materi sangat mudah terlihat,
Namun sombong karena pengetahuan..
Apalagi sombong karena kebaikan...
Sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk "benih-benih halus di dalam batin" kita.
Cobalah setiap hari, kita memeriksa hati kita.
Karena Setiap Hal yang baik dan yang bisa Kita Lakukan, sebenarnya semua hanya karena "ANUGRAH ALLAH".
Kita ini manusia hanya seperti debu, yang suatu saat akan hilang dan lenyap.
Kesombongan hanya akan membawa kita pada kejatuhan yang dalam.
Semoga kita bisa saling meng "Ingat" kan untuk senantiasa menjaga Hati kita dari cobaan 'Kesombongan'